Halaman

Sabtu, 16 Juni 2012

Interchange SESSION #Jogja

Jumat malam , bertempat di sebuah hotel di kota Yogyakarta . diadakan sebuah acara bagi kalangan bidang ilmu arsitektur bertajuk interchange session. Meski baru pertama kali mengikuti acara ini, saya memang sudah tak asing dengan kondisi diskusi dan sharing yang dikemas dalam semi seminar seperti ini. Teringat nostalgia semasa aktif di kuliah, bisa dibilang acara seperti ini sudah sangat akrab diikuti.

 Tapi yang lebih istimewa dari acara interchange session ini adalah, bukan lagi seorang arsitek ternama yang menjadi pembicara. Bangga saya katakan, kalau kali ini salah satu pengisi acara adalah adik-adik tingkat saya di Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta yang baru saja mendapat award di tempat kedua FuturArc Price 2012 student category.

 Mengusung tema Land Sea Belt, Eka Fery Rudianto (2008) Akbar Hantar R.(2008) Hidayat Z.(2008) Hardiyanto Agung N.(2009). Menjelaskan secara apik konsep mereka dalam paparan presentasi yang simple dan menarik. Sederhana memang konsepnya, bagaimana membuat keseimbangan antara kualitas darat dan laut. Secara khusus , penekanan desain mereka adalah bagaimana solusi terhadap permasalahan perikanan laut di pantai utara Jawa yang semakin lama semakin menurun kapasitasnya. Terbayang apabila suatu saat tidak dapat menikmati hasil laut akibat eksploitasi hasil perikanan tanpa adanya timbal balik untuk melestarikan hasil laut tersebut.

 Ide timbal balik dituangkan dalam gagasan simple pembudidayaan beberapa jenis ikan laut dan habitatnya seperti hutan mangrove yang juga berfungsi untuk mengurangi abrasi laut terhadap darat akibat semakin hilangnya hutan mangrove alami . Menggunakan modifikasi desain bentuk karamba. Mereka mengeplotkan spot-spot edukasi, budidaya, dan wisata dengan desain menarik.

Yang membuat saya tertarik adalah penggunaan kayu laban sebagai material utama dalam pembuatan baik struktur maupun desain secara kasar pada Land Sea Belt tersebut. Dan kayu tersebut tanpa perawatan sudah dibuktikan bertahan selama 10-20 tahun terhadap air asin oleh masyarakat setempat dengan menggunakannya sebagai material kapal dan perahu setempat. Oh waw, begitu saya searching, kayu laban ternyata relatiuf lebih murah dari kayu jati muda dengan kualitas yang lebih baik. Bagaimana? Tertarik bereksperimen dengan kayu laban?

 Well...

 Bangga ,yah , tentu saja, ini prestasi yang sangat membanggakan bagi universitas. Tapi istimewa pula, saya mendapat motivasi kuat sehabis saya menghadiri dan menyimak acara tersebut. Motivasi untuk terus berkarya di bidang ini, tak perlulah muluk-muluk. Saya hanya ingin bisa membuat karya dimana karya itu bermanfaat bukan hanya untuk klien yang membutuhkan, tapi juga lingkungan sekitarnya. Prinsip yang ingin saya pegang mulai kini. Dan karya, juga tak hanya di bidang arsitek jua tentunya~^^ tahu maksud saya?? Ahaha...

Sekali lagi saya ucapkan SELAMAT dan teruslah berkarya calon-calon arsitek muda Indonesia :)

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Waaa.kog bisa nemu?

      Eh...klo presentasi hadap penonton ya akbar...biar bs keliatan mukanya pas difoto XP

      Hapus