Halaman

Jumat, 31 Desember 2010

last part time of my KKL on Purwokerto,,,

2~ (DUA RASA,DUA WARNA, DUA NUANSA)

Purwokerto,

Sebuah ibukota kabupaten Banyumas Jawa Tengah,dikenal dengan objek wisatanya yaitu Baturraden. Sekilas hanya merupakan kota kecil yang bahkan tidak seluas kota Solo. Tapi memiliki nuansa khusus yang hanya didapatkan disini. Hawa sejuk yang menyergap  setiap saat, tak sedingin Bandung tapi juga sepanas Solo, hanya sejuk terasa.

            Malam, saat hilir mudik para calon maupun penumpang kereta masih terbaca oleh mata yang menyapu sekeliling stasiun Purwokerto. Aura basah air hujan sehabis turun, mendinginkan hiruk pikuknya.  Jalanan sudah mulai lengang ketika jam menunjuk pukul 9 malam berikut distro-distro di sepanjang jalannya, mulai menutup satu persatu. Menghentikan nafas kehidupannya untuk beristirahat sejenak menanti pagi esok. Sekilas hanya memang, tapi terasa berbeda antara satu sisi yang terasa sunyi dan lepas dari segala kegiatannya dengan hiruk pikuk stasiun yang masih saja mengantar kereta-kereta itu berlari mengejar hari.
            Malam, masih menyapa dibalik jendela mobil, beberapa menit setelah menjejakkan kaki dikota ini,PURWOKERTO. Jalanan disekitar kampus UNSOED juga mulai hening. Entah karena hujan habis turun atau memang begini setiap malamnya, hanya terlihat beberapa tempat fotokopi serta warung pinggir jalan yang masih berdenyut di jarum jam yang menunjuk angka 10. Dan semakin hening, saat roda mobil mengalun di sela gang jalan kampung itu, tanpa penerangan, gelap dan hanya terbaca melalui sorot nyala mobil yang akhirnya berhenti di sebuah rumah.
            Rumah itu tak begitu tampak fasadnya, tapi memang terasa damai. Kehangatan menyeruak melalui senyum wajah-wajah penghuni didalamnya, memberi salam menyambut. Sedikit permainan split level untuk memasuki area keluarga dibalik teras rumah yang siap menyambut dengan segala keasliannya. Warna merah,coklat dan hijau mendominasi setiap sudutnya, hangat . Terus terasa hangat hingga pagi pertama kunjungan menjelang di kota ini, pagi berikutnya dan selalu hangat  mengiringi hari-hari disini.
            Inilah Dua rasa,Dua warna, Dua Nuansa…Purwokerto
***

            Secercah cahaya menelisik dibalik tirai jendela kamar. Subuh sudah berlalu,berganti dengan mentari yang semakin meninggi . Maka tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk sekedar berkeliling menikmati jalanan pagi Purwokerto, sekitar kampus UNSOED. Ada hal yang cukup menarik disini, di hari kerja pukul setengah 7 pagi telah lewat namun jalanan masih terasa seperti milik sendiri. Sudut-sudutnya masih berkabut,menjadi background bagi Gunung Slamet yang berdiri kokoh didekatnya.


            Menyisiri jalan sembari mencari cemilan pagi, hingga akhirnya menemukan penjual surabi di depan area Rektorat Kampus UNSOED. Seorang ibu dengan 4 anglo kecil berjejer didekatnya.

            Tangannya lincah membolak-balik setiap surabi yang hampir matang lantas memindahkannya ke tampah disisi lainnya. Dan hanya dengan Rp 5000,00, lima surabi nikmat khas Purwokerto dengan gula jawa diatasnya sudah bisa dinikmati. Dua rasa yang berbeda antara hangatnya surabi dan dinginnya pagi, nikmat.       
            Lepas dari rasa legit makanan yang menambah manis pagi, serta hawa dingin yang melingkupi. Area Rektorat UNSOED, didalamnya terdapat banyak pengalaman ruang terasa.Salah satunya adalah taman dengan lansekap buatan yang cukup indah dan menarik untuk diceritakan.

            Gedung rektorat ini tidak seperti gedung rektorat UNS yang langsung dapat dilihat setelah melewati boulevard, bahkan tidak terdapat boulevard untuk kampus UNSOED. Gedung yang menjadi point of interest justru bangunan gedung tua yang merupakan gedung kemahasiswaan. Suasana  yang masih cukup lengang membebaskan untuk menikmati warna pagi di area kampus  ini.
            Taman itu dapat dicapai setelah melewati area depan rektorat UNSOED. Hamparan hijau rumput dan pantulan air kolam langsung memberi warna yang jauh lebih menyegarkan pagi itu. Suara gemericik air terjun buatan di sisi timur memberi nuansa ketenangan apabila hiruk pikuk kampus mulai menyapa. Bangku-bangku taman yang teduh oleh pepohonan yang menjulang mengatapi. Hingga terkadang ada bebek-bebek yang bermain di taman ini, memberi warna alami di lansekap taman yang sejatinya buatan ini.


            Disampingnya terdapat gedung dengan warna minimalis dan bentuk yang cukup atraktif di fasadnya. Kontras dengan gedung-gedung lain disekitarnya yang lebih banyak mengadopsi bentuk dan warna sederhana dengan atap Joglo, layaknya bangunan gedung perkuliahan di UNS.

            Ada pula salah satu bangunan yang masih menggunakan gaya Jengki didalam kompleks rektorat UNSOED.
            Selesai mengitari area kompleks Rektorat UNSOED, jalanan sudah mulai agak ramai dengan lalu lalang kendaraan yang melintas. Motor dan mobil bergantian susul menyusul Pandangan mata tak jauh tertuju membaca sebuah tulisan besar “ City Walk” tepat didepan area kampus. Sekilas terlihat, proyek tersebut sudah jadi pembangunannya,membuat penasaran mata memandang.

            Namun, ada nuansa  berbeda ketika memasuki gerbang city walk yang ternyata pembangunannya terhenti . Seperti memasuki gerbang dunia lain yang 180˚ berbeda dari nuansa dunia sebelumnya yang terasa ramah di pagi hari. Memasuki  gerbang ini, seakan memindah dimensi waktu dari kehidupan yang ramai dengan kesibukannya menjadi sunyi senyap, kosong, dan tak berpenghuni. Apabila menunjuk sebuah nuansa untuk menggambarkan adalah bagai memasuki portal dua dunia. Begitulah sensasi yang terasa masuk dan meninggalkan area di dalam gerbang calon citywalk Purwokerto.

Semburat matahari juga tiba-tiba diwaktu itu kembali tertutup mega. Menyisakan nuansa dramatis pada sudut-sudut proyek yang sangat terlihat jelas belum rampung itu.  Pohon-pohon dan semak belukar masih menutupi sebagian besar area proyek. Hingga menjalar melingkupi sudut-sudut bangunan. Jalanan proyek sebagian besar telah rusak hingga genangan air dimana-mana menyisakan tanah yang becek dan susah untuk dilalui. Tidak ada alat berat, tidak ada kendaraan, tidak ada penghuni disana. Beberapa toko yang mengisi ruko depan di dekat gerbang pun terlihat sepi pengunjung. Pengaruh karena masih terlalu pagi maupun tidak , pembangunan  gerbang city walk ini terasa cukup ganjil disini. Baik dari sudut bentuk bangunan yang kontras dengan sekeliling maupun dari nuansa yang nantinya akan tercipta.

            Dibangun didepan sebuah kampus yang notabene memiliki kehidupan akademik, kontras dengan citywalk yang direncanakan juga sebagai area mall dan tempat belanja. Membuat miris membayangkan yang akan terjadi apabila proyek ini benar-benar jadi serta selesai diwujudkan. Para mahasiswa itu akan lebih suka berjalan dan menikmati suasana di area citywalk ketimbang duduk di kampus menanti kuliah atau sekedar bersantai di taman-taman kampus yang ada.
            Tetapi kini,yang tersisa dari wacana keberlanjutan proyek itu hanyalah dua nuansa. Nuansa antara gerbang yang menghubungkan dua dunia yang berbeda. Dunia yang terus berlanjut dengan segala aktivitas kesibukannya  dan dunia yang hanya duduk diam menanti kehidupannya yang kosong tak berlanjut. Tidak ada keresahan meninggalkan area kosong itu, hanya kelegaan yang terpancar ketika kembali melewati dan berada di dunia  nyata yang sesungguhnya dibalik gerbang citywalk Purwokerto.
***

Dan inilah selintas Purwokerto,
Dua rasa untuk hangat  dan hawa dinginnya yang bersamaan..
Dua warna untuk keaslian dan sekedar laju modernnya..
Dua nuansa untuk kenyataan dan imajinasinya…
***