Halaman

Kamis, 26 Juli 2012

Memaknai kehilangan

Pagi tadi...setengah mengantuk dijam kerja kantor
Seorang kawan menyapa lewat media maya dilayar handphone..
Menyapa seperti biasa..
Tapi yang aku tahu, baru beberapa hari ia kehilangan anggota keluarganya..adik bungsu yang tiba-tiba pergi..
Kuberanikan diri bertanya saat itu,paling tidak sapaannya hari ini indikasi bahwa kesedihannya sudah berkurang...

Bagaimana keadaannya "sudah baikankah?" Tanyaku lewat ketikan pendek

"Alhamdulillah" jawabnya

Lalu percakapan berlanjut tentang makna keikhlasan, itu yg tersirat
Dia bertanya apa perbedaan antara mengenang untuk mendoakan dan meratap

Meratap?


Seketika aku teringat diriku sendiri, beberapa tahun lalu..dan mungkin bahkan kini masih tersisa sisa sisa ratapan.

Ditinggalkan secara tiba-tiba oleh seseorang yang paling memahami dan menyayangi dihidupku saat itu (yang aku pahami)


Aku meratap?

Sekarang berani kudefinisikan iya..dulu aku sempat meratap bertahun tahun tanpa pernah aku pahami bahwa aku sedang meratap


Aku berjalan di langkah-langkah aktivitas yang semu menyibukkan
hati dan pikiran. Demi membunuh perasaan kehilangan dan kesedihan yang amat dalam yang bahkan tak kusadari aku sedang mengalaminya
Aku mencoba lari dengan mengambil sebanyak mungkin kegiatan dikampus...
Setahun berlalu..
Dua tahun...
Tiga tahun...
Hingga tiba di tahun keempat
Saat saat terakhir untuk menyelesaikan Tugas Akhir..
Semua berjalan seperti biasa..


Aku merasa sudah baik-baik saja ...mengenangnya..mendoakannya...aku merasa telah ikhlas saja...
Meski masi berlinang air mata saat membayangkannya berada disisiku disaat saat terberat langkahku..


Aku belajar ikhlas..dan telah merasa ikhlas..


Sampai akhirnya..
Aku mendengar berita itu..
Berita yang mengubah perasaan bahwa aku belum ikhlas...
Ruang hati ibu yang ditinggalkan Bapak ternyata mulai terisi sosok asing yang tidak kukenal
Aku marah..
Rasanya seperti air mendidih yang meluap,hingga berhari hari aku menangis..tak kenal waktu tak kenal tempat

AKU MENANGIS...


Sedih...marah...hingga tak pedulikan apapun...
Tak memperdulikan hati  ibu yang telah lama berat menanggung semua beban...
Tak peduli adik-adikku masih membutuhkan sosok ayah dalam kehidupan mereka...


Hingga saat itu ...saat dimana aku akhirnya justru berkata

"Menikahlah ibu...itu lebih baik..daripada saat ini tidak dalam ikatan apapun tapi mayoritas waktu bersama..
Menikahlah.. agar kebahagiaan itu diridhoiNya"

Dan aku sadar...selama ini aku belum ikhlas...aku masih saja meratap...hanya aku berlari mengingkari..


Dan kini aku bahagia...saat melihat senyum ibu dan adik-adik kecilku bersamanya...
Kupanggil ia Pakdhe...
Permintaan sosokny yang masih juga mengakui bahwa sosok Bapak tak pernah terganti
Kuharap kami akan bahagia dalam kebersamaan yang berkah
Kuharap Bapak juga tenang dan tersenyum dari sana..
Memahami bahwa semoga aku benar-benar ikhlas engkau tinggalkan..
Sejenak..
Di dunia yang fana ini..


Amin ..Amin Yaa Rabbal'alamin


Dan engkau kawan..mari kita belajar untuk benar benar ikhlas atas dunia ini
"Setiap yang berjiwa akan mati. Dan kami akan uji engkau dengan kejahatan dan kebaikan. Hanya kepada Kamilah engkau kembali" (Q.S Al-Anbiya: 35)

MISS TORI